FILSAFAT

FILSAFAT : Sepuluh Kelemahan/Keburukan Sebagian Umat Beragama


AGAMA adalah pedoman perilaku bagi umat manusia agar berbuat baik dan menjauhi perbuatan yang tidak baik. Agama, ketika tertulis dalam bahasa aslinya, merupakan agama murni. Namun terjemahan dan tafsirnya, bisa berubah dari waktu ke waktu. Sebab, terjemah atau tafsir dilakukan oleh manusia. Karena manusia penerjemah dan penafsir kemampuannya tidak setingkat nabi, bisa saja terjemah dan tafsirnya menjadi keliru atau sengaja dikelirukan dengan tujuan pribadi, kelompok atau kepentingan politik. Akibatnya, dalam perjalanan sejarah banyak ragam agama. Secara umum agama Yahudi ada 71 golongan, agama Nasrani ada 72 golongan dan Islam ada 73 golongan.
Walaupun agama merupakan pedoman berperilaku baik dan menghindarkan perilaku buruk, namun faktanya banyak umat beragama yang berperilaku buruk, baik dalam bentuk pikiran, tulisan, ucapan maupun tindakan.
A.Kenapa banyak umat beragama yang berperilaku buruk?
Berperilaku buruk bisa tidak sengaja dan bisa pula disengaja.
Antara lain:
1.Bisa salah terjemah dan tafsir
Bahasa asli kitab suci tidak mungkin salah (bagi pemeluknya). Namun bahasa terjemah maupun tafsir bisa saja salah. Sebab, kualitas terjemah dan tafsir tergantung kualitas penerjemah dan penafsirnya. Tergantung kualitas IQ, wawasan berpikir, pengalaman hidup, motivasi ,kemampuan menerjemahkan dan menafsirkan, penguasaan bahasa,kemampuan berlogika dan juga kepentingan pribadi, golongan maupun politiknya. Dengan demikian terjemah dan tafsir semua agama masih bisa memiliki potensi yang salah. Salah satu ciri terjemah dan tafsir yang kemungkinan salah adalah apabila ada kalimat yang bertentangan dengan ciri-ciri/sifat-sifat Tuhan dan ciri-ciri dan sifat-sifat Nabi Muhammad SAW (bagi agama Islam).
2.Merasa paling benar sendiri
Kecenderungan buruk perilaku umat manusia beragama adalah merasa benar sendiri.  Tepatnya, merasa agamanya paling benar sendiri. Merasa agama terbaik. Padahal mana agama yang paling benar dan paling baik hanya Tuhan Yang Maha Tahu. Suka menyalahkan pendapat agama lain. Bahkan sesama agamapun bisa berbeda pendapat dan masing-masing merasa paling benar sendiri, padahal mereka tidak menguasai ilmu agama dan ilmu terjemah dan tafsir serta ilmu logika yang sempurna.
3.Merasa paling suci
Keburukan berikut adalah munculnya sikap sok suci. Suka membanggakan gelar  H (Haji) atau Hj (Hajah). Padahal gelar H/Hj bukan ajaran Tuhan, bukan ajaran Al Quran,bukan ajaran nabi Muhammad SAW (bagi agama Islam).
4.Mudah mengkafirkan orang lain atau mengatakan orang lain sesat
Sebagian umat beragama cenderung menganggap orang-orang yang tidak segolongan sebagai kafir dan sesat. Pandangannya penuh rasa benci dan selalu berusaha menjauhi orang-orang lain yang dianggap kafir atau sesat. bahkan tak jarang ditindalanjuti dengan tindakan anarki yang bersifat merusak dan tidak beradab. Padahal tibdakan anarki dan tidak beradab bukanlah ajaran agama.
5.Tidak mau menerima pendapat yg benar dari orang lain
Cara berpikirnya banyak yang sempit seperti katak dalam rempurung. Kalau diberitahu caranya berpikir salah, tulisannya salah, ucapannya salah dan perbuatannya salah, seringkali mereka langsung membantah tanpah mencerna terlebih dulu. Bahkan secara langsung tidak mau menerima pendapat orang lain yang benar. Semua pendapat yang tidak sesuai dengan pendapatnya dianggap salah.
6.Menganggap semua ucapan guru agama benar,lebih benar,paling benar dan selalu benar
Celakanya adalah. Hampir 100% metode pengajaran agama apapun di dunia ini adalah metode dogmatis. Terima saja. Anggap saja itu benar. jangan dirasionalkan. jangan dilogikakan. Sehingga akibatnya apa yang dikatakan guru agamanya adalah benar, pasti benar, lebih benar, paling benar dan bahkan selalu benar hingga hari kiamat. Padahal guru agama adalah manusia biasa yang mempunyai keterbatasan. Keterbatasan ilmunya, keterbatasan caranya berlogika dan keterbatasan di dalam menerjemahkan atau menafsirkan ayat-ayat suci. Karena apa yang dikatakan gurtu agamanya dianggap benar, maka tidak mungkin ada yang salah. padahal, bisa saja ucapan guru agamanya salah.
7.Tidak mau mengakui kesalahan
Perilaku buruk sebagian umat beragama adalah tidak mau mengakui kesalahan. kalau dikoreksi, langsung reaktif membela diri. Langsung melakukan pembenaran-pembenaran. Pokoknya apa yang dilakukan tidak mungkin salah.
8.Tidak bisa bepikir maju karena yg dipelajari cuma agama
Karena sifat umat beragama yang dogmatis-pasif, maka umat beragama, terutama umat beragama Islam sangat sulit untuk diajak berpikir dan berbuat maju. Sebab, setiap perubahan selalu dicurigai. Setiap pendapat yang berbeda selalu dicurigai. Gerak-gerik dan ajakan orang lain yang bukan golongannya dicurigai. Hatinya penuh rasa curiga dan kebencian.
9.Wawasan berpikirnya kurang luas
Konsekuensi cara berpikir yang dogmatis-pasif adalah, waktunya habis hanya untuk agama. Tidak mau meluangkan waktunya untuk mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan lain dan teknologi-teknologi lainnya. Karenamerasa dirinya paling benar dan enggan menerima perbedaan pendapat, maka wawasan berpikirnya kurang luas. Seperti katak dalam tempurung.
10.Perilaku toleransi yang rendah.
Terparah adalah perilaku buruk berupa perilaku toleransi yang rendah. bahkan boleh dikatakan tidak mempunyai rasa toleransi sama sekali. Jika berhadapan dengan golongan yang tidak sama dengan golongannya, maka dimusuhi dan bahkan jika perlu disingkirkan, diusir atau bahkan diperlakukan secara anarki.
B.Keyakinan dalam beragama bisa salah
Selalu ditekankan bahwa keyakinan beragama tidak bisa salah. Inilah ajaran yang salah. Sebab, keyakinan manusia bisa juga salah. Sebab, yang memiliki keyakinan adalah manusia yang tidak sempurna. Keyakinan beragama tiap orang bisa berbeda.Oleh karena itu keyakinan beragama juga bisa salah.
C.Agama bisa dilogikakan
Inilah ajaran guru agama yang salah. Selalu diajarkan bahwa agama tidak bisa dilogikakan. Bukankah agama merupakan pedoman perilaku yang baik/benar dan perilaku yang buruk/salah. Bukankah bai dan buruk domainnya norma? Bukankah benar dan salah domainnya ilmu logika? Dengan demikian, agama bisa saja dilogikakanberdasarkan “kogika normatif”. Masalahnya, logika normatif hanya bisa dikuasai oleh umat beragama yang menguasai ilmu logika epistemologi secara sempurna, berwawasan luas dan harus mampunyai IQ yang tinggi.
D.Tiga macam kemampuan berlogika
Yaitu logika manusia,logika alam dan logika Tuhan. Logika manusia kebenarannya berdasarkan fakta,realita dan etika. Logika alam kebenarannya berdasarkan hukum sebab akibat. Sedangkan logika Tuhan tingkat kebenarannya hanya diketahui oleh Tuhan.
E.Hanya Tuhan yang Maha Tahu
Oleh karena itu pertanyaan-pertanyaan:
-Mana agama paling baik di dunia?
-Apakah semua agama punya Tuhan yang sama?
-Mana agama yang sesat dan mana yang bukan sesat?
-Mana yang kafir dan mana yang tidak kafir?
-Mana agama yang benar dan mana agama yang salah?
-Mana terjemah dan tafsir yang paling benar?
Jawabannya hanya satu:
Hanya Tuhan yang mengetahuinya, sebab itu wilayahnya “logika Tuhan”
Kesimpulan
Belajar ilmu agama tanpa belajar ilmu logika secara sempurna hanya akan menghasilkan umat beragama yang tidak mampu bernalar secara benar dan sempurna.  Cenderung selalu menyalahkan pendapat orang lain. Cenderung membenci orang-orang di luar golongan agamanya. Tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah.